Universitas Cenderawasih (Uncen) adalah perguruan tinggi negeri tertua di tanah Papua. Berdiri pada tahun 1962, Uncen hadir sebagai lembaga pendidikan pertama di tanah Papua dengan peran besar dalam membangun intelektualitas, meningkatkan kualitas hidup, serta memberdayakan masyarakat asli Papua. Kini, dengan lebih dari 14.000 mahasiswa aktif, sembilan fakultas, satu program pascasarjana, 700 dosen, dan sekitar 70.000 alumni yang tersebar di seluruh Indonesia, Uncen menjadi pilar penting dalam sejarah pendidikan tinggi di Indonesia Timur.
Perjalanan panjang Uncen sejatinya adalah cerita tentang tanggung jawab terhadap masyarakat. Dengan segala tantangan yang ada, Uncen melihat digitalisasi sebagai kebutuhan penting untuk menjaga relevansi pendidikan tinggi. Kini, kampus ini telah membangun ekosistem aplikasi terlengkap di kawasan timur Indonesia guna mendukung tata kelola perguruan tinggi.
Dari Tuntutan Pelaporan Menuju Kesadaran Digital
Digitalisasi Uncen bermula dari kebutuhan mendesak untuk memenuhi tuntutan pelaporan data ke Kementerian. Pada 2014, kampus mulai menggunakan Siakad terintegrasi sebagai langkah awal membangun sistem informasi akademik.
Masa-masa awal penuh tantangan. Menurut Chris Jan Rumsano, Kepala BAAK Uncen, kesadaran dan kesiapan SDM menjadi kendala utama. Dosen, mahasiswa, hingga tenaga kependidikan butuh waktu untuk beradaptasi. Tantangan terbesar justru datang dari dalam, yakni membangun kesadaran dan kesiapan sumber daya manusia. “Tidak hanya mahasiswa, tapi juga dosen, karyawan, dan seluruh unit kerja harus beradaptasi. Proses ini membutuhkan waktu,” ujarnya. Selain itu, keterbatasan penggunaan perangkat keras di kalangan mahasiswa juga menjadi bagian masa lalu yang menarik, sehingga kampus harus berjalan beriringan dengan proses adaptasi teknologi.
Namun, melalui proses adaptasi yang berkesinambungan, kebiasaan baru mulai terbentuk, dan perlahan-lahan digitalisasi diterima sebagai kebutuhan bersama. Siakad eCampuz berhasil membuka jalan administrasi akademik menjadi lebih rapi, data mahasiswa lebih tertib, dan pelaporan semakin terstruktur.
2019 Menjadi Titik Balik Digitalisasi Uncen
Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan (BAAK) Uncen mengenang tahun 2019 sebagai momen penting ketika semua unit di kampus sudah mengimplementasikan sistem informasi terintegrasi. Data akademik terekam dengan baik, transaksi pembayaran dapat dipantau sewaktu-waktu, hingga kebutuhan pelaporan semakin mudah untuk diakses. Transisi yang sebelumnya penuh hambatan berubah menjadi rutinitas yang justru memudahkan pekerjaan sehari-hari.
Proses yang dulu melelahkan dan memakan waktu kini berubah menjadi rangkaian kerja yang lebih cepat, akurat, dan transparan. Penerimaan mahasiswa baru yang dahulu menyita berhari-hari kini dapat diselesaikan dalam hitungan jam. Integrasi sistem pembayaran dengan sistem bank memastikan setiap transaksi tercatat rapi, setiap data valid, dan setiap evaluasi akademik bisa dilaksanakan tepat sasaran. Dari titik itulah, digitalisasi sudah menjadi denyut nadi tata kelola kampus.
Membangun Ekosistem yang Lebih Lengkap
Seiring berjalannya waktu, Uncen tidak berhenti hanya pada penggunaan Siakad. Dalam satu dekade terakhir, berbagai aplikasi lain hadir melengkapi, menjadikan digitalisasi bukan sekadar layanan akademik, tetapi sebuah ekosistem tata kelola kampus yang menyeluruh.
Pengelolaan anggaran, keuangan, dan aset perguruan tinggi kini berjalan lebih transparan. Administrasi surat-menyurat dan tata kelola arsip lebih tertib. Proses penerimaan mahasiswa baru ditunjang oleh sistem ujian online, sementara layanan mahasiswa diperkuat dengan aplikasi beasiswa dan alumni. Di sisi penelitian, Uncen mulai menata pencatatan riset dosen, sekaligus memperkuat penjaminan mutu internal dengan sistem berbasis digital. Semua aplikasi ini membentuk lingkaran yang saling menopang, bukan lagi sistem parsial melainkan ekosistem digital yang utuh dan terintegrasi.
Di Pascasarjana, manfaat digitalisasi terasa nyata. Dr. Frans A. Asmuruf, M.Si., Wakil Direktur I Pascasarjana, menegaskan bahwa laporan kinerja dosen kini bisa lebih mudah ditelusuri melalui Siakad. Bahkan, pembayaran tunjangan kinerja dosen, dimana 60% komponennya berasal dari laporan pendidikan dan pengajaran, sangat terbantu dengan sistem ini. Namun, ia juga menyimpan harapan besar: suatu saat nanti Siakad bisa mencatat pula laporan penelitian dan pengabdian, sehingga rekam jejak kinerja dosen menjadi lebih lengkap.
Frans juga melihat digitalisasi sebagai jalan menuju penguatan program Pascasarjana. Seminar proposal, seminar hasil, ujian tertutup, hingga evaluasi akademik rutin setiap enam bulan, diharapkan bisa terakomodasi dalam roadmap pengembangan Siakad. Semua itu ditujukan untuk mendukung target besar Uncen dalam menerapkan kurikulum berbasis OBE (Outcome-Based Education). Saat ini, baru satu program studi yang berhasil meraih akreditasi Unggul, dan Pascasarjana menargetkan agar capaian itu bisa diperluas dalam waktu dekat.
Di sisi lain, Yosefin Rianita Hadiyanti, S.Pd., M.Pd., Koordinator Prodi Pendidikan Profesi Guru (PPG), menuturkan bagaimana digitalisasi juga berperan penting dalam pelaksanaan program mereka. PPG Uncen masih dipercaya secara nasional oleh Direktorat Pengembangan Profesi Guru, sehingga seluruh data mahasiswa harus tercatat rapi di LPTK. Ke depan, kampus sedang mempersiapkan pelaksanaan PPG Mandiri, sebagai bentuk kemandirian sekaligus tanggung jawab Uncen dalam mencetak guru profesional.
Tidak hanya itu, Yosefin juga memaparkan target besar yang kini mulai disiapkan: pada tahun 2029, Uncen menargetkan peningkatan akreditasi menjadi Unggul. Upaya itu tidak bisa dicapai dalam sekejap, melainkan perlu persiapan panjang yang sudah mulai dilakukan sejak sekarang, salah satunya melalui penguatan sistem digital.
Satu Dekade Perjalanan, Membuka Satu Bab Baru
Kini, setelah sepuluh tahun perjalanan digitalisasi, Uncen telah membuktikan diri bahwa transformasi bukanlah hal yang mustahil, bahkan di tengah segala keterbatasannya. Dari masa-masa awal yang penuh tantangan, hingga akhirnya menemukan titik stabil pada 2019, kampus ini kini melangkah mantap dengan ekosistem aplikasi yang matang dan terus berkembang.
Perjalanan satu dekade ini juga membuka babak baru. Universitas Cenderawasih memahami betul bahwa digitalisasi yang dulu mereka mulai bukan sekadar mengikuti tren, melainkan sebuah lompatan untuk memastikan pendidikan tinggi di Papua dapat berdiri sejajar dan berkontribusi bagi bangsa.
Apa yang kini dilakukan Uncen adalah investasi jangka panjang, bukan hanya untuk kemajuan internal kampus melainkan juga untuk masa depan pendidikan Indonesia. Setiap langkah transformasi, mulai dari pengelolaan akademik hingga digitalisasi kurikulum berbasis OBE, menjadi bagian dari upaya meletakkan standar baru bagi perguruan tinggi di kawasan timur negeri ini.